Judul :
Rumah Seribu Malaikat
Penulis :
Penerbit :
Noura Books (PT Mizan Publika)
Cetakan :
Pertama
Tahun
Terbit :
Agustus 2014
Tempat
Terbit :
Jakarta Selatan
Tebal
Buku :
412 Halaman
Analisis Novel
1.
Sinopsis
Novel
Judul
: Rumah Seribu Malaikat
Novel
ini merupakan kisah nyata dari kehidupan Yuli dan Badawi.Yuli dan Badawi
mempunyai empat orang anak kandung.Yuli dan Badawi sepasang suami istri
sederhana dengan penghasilan biasa-biasa saja, tetapi mereka mampu merawat anak
angkat lebih dari 50 anak. Sebelum merawat anak angkat yang lebih dari 50 anak
angkat Yuli dan Badawi sudah 5 kali di tawarkan oleh dokter dan dukun bayi
untuk mengadopsi anak, namun Badawi tidak mengijinkanYuli untuk merawat anak-anak
tersebut karena kondisi Yuli masih sakit-sakitan setelah melahirkan anaknya
yang ke empat, kondisi yuli saat mengandung anak yang ke empat di vonis oleh
dokter peluangnya untuk melahirkan fifty-fifty karena yuli mempunyai penyakit
asma dan efek dari tulang ekornya yang patah, namun yuli tetap ingin mempertahankan
kandungannya itu, Yuli pasrah kepada Allah untuk melahirkaan anaknya yang ke
empat itu. Subhanallah, Allah memang maha pengasih dia masih menyelawatkan
nyawa Yuli ketika melahirkan anaknya yang ke empat, karena Yuli sempat koma.
Setelah selamat dari melahirkan anaknya yang ke empat Yuli ingin menunjukkan
rasa bersyukurnnya terhadap Allah karena telah menyelamatkannya dari keadaan
koma, Yuli ingin menunjukkannya dengan cara lain, dengan fenomena yang
dialaminya yaitu berkali-kali di tawarkan untuk mengasuh anak angkat, Yuli
semakin yakin bahwa inilah petunjuknya untuk bersyukur kepada Allah mengasuh
anak terlantar dan kurang mampu .Saat itu Badawi sedang menunaikan ibadah haji,
duduk bermunajat di depann ka’bah.melalui telepon, istrinya, Yuli, baru saja
meminta izin agar mereka mengangkat seorang bayi terlantar sebagai anak ke lima
mereka. Sebenarnya, sudah lama
pasangan suami istri Yuli-Badawi menjadi
orang tua asuh bagi puluhan anak, tapi bukan dengan mengangkatnya sebagai anak.
apalagi itu masih bayi, masih membutuhkan pengasuhan 24 jam.
Buku
ini adalah sebagian dari kisah nyata Yuli dan Badawi bersama ke 13 anak
angkatnya.tidak semuanya masih tinggal bersama mereka, ada yang baru di
titipkan sebentar,lalu diambil lagi. Yuli mengisahkan asal mula ke13 anak
angkatnya,serta suka dukanya mengasuh anak-anak itu. Dalam kondisi ekonomi yang
tidak disebut kaya. Luar
biasa keluarga ini, semangat
berbagi mereka patut menjadi teladan bagi keluarga-keluarga lain.
2.
Tema
Keluarga
bersahaja yang membesarkan puluhan anak angkat
“Air
mata Yuli menitik di sana, menyadari dirinya begitu kecil.Kemampuannya itu
bukan miliknya, semua pemberian-Nya. Kebisaannya, bakatnya, amanah yang
dititipkan-Nya, semua benar-benar tiada duanya.Sempurna dan tiada cacat. Apakah
pantas kalau dia masih mengeluh akan ujian yang beragam ini?
Bukankah
manusia hidup memang untuk beribadah kepada-Nya, dengan menjalani segala
ketetapan dan ujian yang diberikan-Nya, sebagai curahan kasih-Nya?
3.
Tokoh
·
Yuli
·
Ahmad Badawi
·
Syaqib, Kiki, Syida,
Salsa (anak kandung Yuli dan Badawi)
·
Azzam, Baqir, Saina,
Putri, Daffa, Fakhrurrozi, Ghozi, Naurah, Andika, Santi, Aisyah, Yuni Riyanto,
Risma, Tazkia, Hilmi dan Inan (anak angkat Yuli dan Badawi)
·
Mak Atik
·
Mang Oyib
·
Syahrir
·
Pak ustadz
·
Bik Narsih
·
Dokter Mahdian
·
Masinem
·
Afifah
·
Afiyah
·
Hoedaya
·
Sya’idah
·
Ali Mas’udi
·
Lasiya
4.
Penokohan
Yuli
·
Rajin Ibadah
“Yuli
bertafakur pasrah, bersujud sekali lagi dengan panjang, sebelum akhirnya
mengusapkan kedua telapak tangannya ke muka, menyapih dua titik air mata yang
menggelembung di kedua sudut matanya.” (halaman 2)
·
Yakin akan Allah
“Mengasuh
anak orang lain pasti membutuhkan biaya besar, tetapi Yuli yakin Allah akan
memampukan rezeki keluarganya.” (halaman 30)
·
Kuat dan Tegar
“Yuli
sudah biasa menjalani pasang-surutnya kehidupan.” (halaman 242)
·
Penyayang
“Yuli
selalu tidur dengan Naurah. Dia ingin memberikan kehangatan seorang ibu, yang
seharusnya di peroleh sang bayi dari ibu kandungnya.” (halaman 289)
·
Iba
“Hati
Yuli bagai ditusuk ribuan duri melihat tubuh anak berusia setahun yang kurus
itu.” (halaman 335)
Ahmad Badawi
·
Rajin Ibadah
“Badawi
shalat hajat dua rakaat, berdoa, lalu mengambil ponselnya.” (halaman 12)
·
Sabar
“Dia
mendapatkan suami yang luar biasa sabar dan tawakal, kendati dirinya
sakit-sakitan dan sering dirawat di rumah sakit.” (halaman 150)
·
Sederhana
“Badawi
sendiri kelihatan biasa-biasa saja.Sebab, sejak awal Badawi memang tidak
berniat mengadakan ulang tahun.” (halaman 290)
Santi
·
Mudah bergaul
“Santi
menikmati hari-harinya di sekolah.Dia disenangi guru-guru dan teman-teman
sekelasnya.Ternyata dia anak yang cepat akrab dan beradaptasi dengan baik.”
(halaman 326)
Mak Atik
·
Baik
“Mak
Atik membantunya melahirkan, bayi itu dititipkan kepadanya.” (halaman 4)
Saina
·
Kasar
“Saina
memiliki kelemahan, kalau marah, suka memukul dan membanting.” (halaman 214)
·
Egois
“Kalau
makan, Saina juga maunya menang sendiri.” (halaman 214)
Dimas
·
Penyayang
“Yuli
maklum, mengapa kehadiran Dimas selalu dinanti-nanti.Kasih sayangnya tulus dari
hati.” (halaman 43)
·
Unik dan kreatif
“Dimas
pun pandai mendekati anak-anak dengan cara-caranya yang unik dan kreatif.”
(halaman 44)
·
Pandai mengambil hati
“Dimas
pandai sekali mengambil hati mereka.” (halaman 46)
Naurah
·
Pemurung
“Selanjutnya,
selama tiga hari anak itu kerjanya melamun.” (halaman 282)
Salsa
·
Penyayang
“Aku
sayang adek, aku sayang Naurah … kakak pergi sekolah dulu, ya, Naurah …
muuuuaaaaahhh” Salsa mencium pipi Naurah dengan gemas.” (halaman 289)
5.
Latar
A.
Latar
Waktu
·
Pagi
dan pukul 9
“Pagi
menjelang.Pukul 9 pagi itu langit tampak tidak bersahabat.” (halaman 2)
·
Pagi,
siang dan malam
“Pagi,
siang, malam hujan tak bisa diadang.” (halaman 2)
·
Sore
“Sore
itu Badawi pulang dengan wajah yang ceria.” (halaman 35)
·
Siang
hari
“siang
itu Yuli tergopoh-gopoh memasuki rumahnya.” (halaman 130)
·
Beberapa
saat kemudian
“Beberapa
saat kemudian, bik Narsih mendatangi Yuli dan bercerita kalau tadi pagi menjual
botol-botol dan kaleng bekas ke tukang loak.” (halaman 130)
·
Sejak
awal tahun 2000
“Kemudian,
ada Yuni Riyanto yang tinggal bersama Yuli sejak awal 2000
·
29
Oktober 2004
“Anak
ini lahir pada 29 Oktober 2004.” (halaman 201)
·
September
2008
“Pada
suatu hari, bulan September 2008 telpon dirumah Badawi bordering dan terdengar
suara perempuan.” (halaman 233)
·
Juli
2005
“Suatu
hari di bulan Juli 2005, Yuli membeli popok sekali pakai untuk anak-anaknya
dalam jumlah yang banyak.” (halaman 236)
·
2
bulan kemudian
“2
bulan kemudian, Lasiyah memutuskan pulang.” (halaman 243)
·
Lebaran
2006
“Pada
libur lebaran 2006, seperti biasa keluarga Badawi pergi ke Madiun.” (halaman
251)
·
Januari
2009
“Ketika
Yuli berkesempatan ke Madiun pada Januari 2009, dia bilang ingin pulangke
Bandung.” (halaman 255)
·
7
November 2007
“Pada
7 November 2007, perempuan itu menelpon mengabarkan cucunya sudah lahir melalui
operasi Caesar.” (halaman 285)
·
Mei
2009
“Dan
pada awal Mei 2009, tiba-tiba Naurah memanggil Badawi ayah.” (halaman 291)
·
Tiga
bulan lalu
“Tubuh
Aisyah kini lebih berisi di bandingkan tiga bulan yang lalu, saat dia diserahkan
ibunya kepada Yuli.” (halaman 336)
·
Februari
2009
“Oleh
karena itu pada Februari 2009, Aisyah kembali ke Riris.”(halaman 340)
·
4
Agustus 2008
“Lalu
pada Agustus 2008, Yuli kembali di undang menjadi pembicara seminar bertema
menjadi wanita bahagia.” (halaman 407)
B.
Latar
Tempat
·
Babakan Tarogong
“Yuli
berangkat kerumah mak Atik seorang paraji di daerah Babakan Taragong, gang
Bojong Asih.” (halaman 3)
·
RS Kebon Jati dan RS
Rajawali
“Pernah
suatu waktu Yuli dirawat di RS Kebon Jati, sementara anaknya dirawat di RS
Rajawali.” (halaman 136)
·
Jawa Timur
“Tamu
berdatangan dari Jawa Timur, yang merupakan kerabat dan saudara mereka.”
(halaman 145)
·
Jakarta
“Banjir
besar yang melanda Jakarta pada 2002 tersebut menimbulkan banyak korban.”
(halaman 152)
·
Jayagiri
“Mereka
pernah tinggal di Jayagiri atas kebaikan orang lain tetapi tidak lama.”
(halaman 158)
·
Cihanjuang, Cimahi
“Setelah
enam bulan tinggal di sana, mereka memutuskan pindah ke Cihanjuang, Cimahi.”
(halaman 159)
·
Belanda
“Selama
di Belanda, Badawi tinggal di rumah Jan dan mendapatkan fasilitas bak tinggal
di hotel.” (halaman 170)
·
IKIP Bandung
“Dia
bisa meneruskan pendidikannya di IKIP Bandung.” (halaman 176)
·
Gedung korpri di jalan
BKR
“Sesampai
di tempat acara, gedung korpri di jalan BKR Yuli merasa panas dingin melihat
banyak orang.” (halaman 406)
C.
Latar
suasana
·
Bahagia
“Sore
itu, Badawi pulang dengan wajah ceria.” (halaman 35)
·
Sedih
“Melihat
istrinya masih sering bersedih karena terkenang almarhumah Bik Narsih, Badawi
mengajak keluarganya pindah ke Kopo Permai.” (halaman 136)
·
Kebimbangan
“Kebimbangan
terus mewarnai pikirannya, antara satu gagasan dengan gagasan lainnya.”
(halaman 151)
6.
Alur
·
Sorot Balik
“Belasan
tahun setelah kenangan masa kecil di
Purwodadi, Kecamatan Barat, Kabupaten Magetan itu mulai mengabur dari
memori pikiran sadar, kedua anak kecil itu berjumpa lagi.” (halaman 17)
“Suatu
hari pada 1978, Soebandji Hardjo Oetomo, kakak sepupu Badawi dari Madiun
mengontaknya.” (halaman 17)
“sejak
1996, pasangan Badawi dan Yuli suka membantu latihan manasik haji bagi
rombongan yang akan berangkat ke Tanah Suci.” (halaman 54)
“Beberapa
saat kemudian, Bik Narsih mendatangi Yuli dan bercerita kalau tadi pagi menjual
botol-botol dan kaleng bekas ke tukang loak.” (halaman 130)
7.
Sudut
Pandang
·
Orang Ketiga
“Yuli
duduk di atas sajadah berwarana merah pudar.” (halaman 1)
·
Orang Pertama
“Maaf,
ya, mas, aku mengambil keputusan tanpa berembuk dulu denganmu.Habisnya aku
enggak tega melihat bayi laki-laki ini di tinggal orangtuanya.” (halaman 10)
8.
Majas/Gaya
bahasa
·
Hiperbola
“Mendung
menggelayut disertai awan hitam yang galak.” (halaman 2)
“Musim
hujan tengah mesra mencub akhir-akhir ini.” (halaman 2)
“Terik
matahari nun jauh disana tampak liar menerpa.” (halaman 16)
·
Repitisi
“Siang
itu Yuli tergopoh-gopoh memasuki rumahnya.” (halaman 130)
9.
Amanat
Tentang
bagaimana sebuah keluarga yang mengasuh lebih dari 50 anak angkat, dengan
kondisi keluarga yang bisa dibilang tidak “kaya”, dengan keyakinannya kepada
Allah mereka bisa menghidupi anak-anak angkatnya. Melalui novel ini pembaca di
harapkan bisa membantu orang-orang disekitar yang membutuhkan dan selalu
bersyukur kepada Allah atas segala yang telah diberikan kepada kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar