Jumat, 22 Juli 2016

Analisis Novel



Judul               : Rumah Seribu Malaikat
Penulis             :
Penerbit           : Noura Books (PT Mizan Publika)
Cetakan           : Pertama
Tahun Terbit    : Agustus 2014
Tempat Terbit : Jakarta Selatan
Tebal Buku      : 412 Halaman
Analisis Novel
1.      Sinopsis Novel
Judul : Rumah Seribu Malaikat
Novel ini merupakan kisah nyata dari kehidupan Yuli dan Badawi.Yuli dan Badawi mempunyai empat orang anak kandung.Yuli dan Badawi sepasang suami istri sederhana dengan penghasilan biasa-biasa saja, tetapi mereka mampu merawat anak angkat lebih dari 50 anak. Sebelum merawat anak angkat yang lebih dari 50 anak angkat Yuli dan Badawi sudah 5 kali di tawarkan oleh dokter dan dukun bayi untuk mengadopsi anak, namun Badawi tidak mengijinkanYuli untuk merawat anak-anak tersebut karena kondisi Yuli masih sakit-sakitan setelah melahirkan anaknya yang ke empat, kondisi yuli saat mengandung anak yang ke empat di vonis oleh dokter peluangnya untuk melahirkan fifty-fifty karena yuli mempunyai penyakit asma dan efek dari tulang ekornya yang patah, namun yuli tetap ingin mempertahankan kandungannya itu, Yuli pasrah kepada Allah untuk melahirkaan anaknya yang ke empat itu. Subhanallah, Allah memang maha pengasih dia masih menyelawatkan nyawa Yuli ketika melahirkan anaknya yang ke empat, karena Yuli sempat koma. Setelah selamat dari melahirkan anaknya yang ke empat Yuli ingin menunjukkan rasa bersyukurnnya terhadap Allah karena telah menyelamatkannya dari keadaan koma, Yuli ingin menunjukkannya dengan cara lain, dengan fenomena yang dialaminya yaitu berkali-kali di tawarkan untuk mengasuh anak angkat, Yuli semakin yakin bahwa inilah petunjuknya untuk bersyukur kepada Allah mengasuh anak terlantar dan kurang mampu .Saat itu Badawi sedang menunaikan ibadah haji, duduk bermunajat di depann ka’bah.melalui telepon, istrinya, Yuli, baru saja meminta izin agar mereka mengangkat seorang bayi terlantar sebagai anak ke lima mereka. Sebenarnya, sudah lama pasangan suami istri  Yuli-Badawi menjadi orang tua asuh bagi puluhan anak, tapi bukan dengan mengangkatnya sebagai anak. apalagi itu masih bayi, masih membutuhkan pengasuhan 24 jam.
Buku ini adalah sebagian dari kisah nyata Yuli dan Badawi bersama ke 13 anak angkatnya.tidak semuanya masih tinggal bersama mereka, ada yang baru di titipkan sebentar,lalu diambil lagi. Yuli mengisahkan asal mula ke13 anak angkatnya,serta suka dukanya mengasuh anak-anak itu. Dalam kondisi ekonomi yang tidak disebut kaya. Luar biasa keluarga ini, semangat berbagi mereka patut menjadi teladan bagi keluarga-keluarga lain.

2.      Tema
Keluarga bersahaja yang membesarkan puluhan anak angkat
“Air mata Yuli menitik di sana, menyadari dirinya begitu kecil.Kemampuannya itu bukan miliknya, semua pemberian-Nya. Kebisaannya, bakatnya, amanah yang dititipkan-Nya, semua benar-benar tiada duanya.Sempurna dan tiada cacat. Apakah pantas kalau dia masih mengeluh akan ujian yang beragam ini?
Bukankah manusia hidup memang untuk beribadah kepada-Nya, dengan menjalani segala ketetapan dan ujian yang diberikan-Nya, sebagai curahan kasih-Nya?

3.      Tokoh
·         Yuli
·         Ahmad Badawi
·         Syaqib, Kiki, Syida, Salsa (anak kandung Yuli dan Badawi)
·         Azzam, Baqir, Saina, Putri, Daffa, Fakhrurrozi, Ghozi, Naurah, Andika, Santi, Aisyah, Yuni Riyanto, Risma, Tazkia, Hilmi dan Inan (anak angkat Yuli dan Badawi)
·         Mak Atik
·         Mang Oyib
·         Syahrir
·         Pak ustadz
·         Bik Narsih
·         Dokter Mahdian
·         Masinem
·         Afifah
·         Afiyah
·         Hoedaya
·         Sya’idah
·         Ali Mas’udi
·         Lasiya

4.      Penokohan
Yuli
·         Rajin Ibadah
“Yuli bertafakur pasrah, bersujud sekali lagi dengan panjang, sebelum akhirnya mengusapkan kedua telapak tangannya ke muka, menyapih dua titik air mata yang menggelembung di kedua sudut matanya.” (halaman 2)
·         Yakin akan Allah
“Mengasuh anak orang lain pasti membutuhkan biaya besar, tetapi Yuli yakin Allah akan memampukan rezeki keluarganya.” (halaman 30)
·         Kuat dan Tegar
“Yuli sudah biasa menjalani pasang-surutnya kehidupan.” (halaman 242)
·         Penyayang
“Yuli selalu tidur dengan Naurah. Dia ingin memberikan kehangatan seorang ibu, yang seharusnya di peroleh sang bayi dari ibu kandungnya.” (halaman 289)
·         Iba
“Hati Yuli bagai ditusuk ribuan duri melihat tubuh anak berusia setahun yang kurus itu.” (halaman 335)
Ahmad Badawi
·         Rajin Ibadah
“Badawi shalat hajat dua rakaat, berdoa, lalu mengambil ponselnya.” (halaman 12)
·         Sabar
“Dia mendapatkan suami yang luar biasa sabar dan tawakal, kendati dirinya sakit-sakitan dan sering dirawat di rumah sakit.” (halaman 150)
·         Sederhana
“Badawi sendiri kelihatan biasa-biasa saja.Sebab, sejak awal Badawi memang tidak berniat mengadakan ulang tahun.” (halaman 290)
Santi
·         Mudah bergaul
“Santi menikmati hari-harinya di sekolah.Dia disenangi guru-guru dan teman-teman sekelasnya.Ternyata dia anak yang cepat akrab dan beradaptasi dengan baik.” (halaman 326)
Mak Atik
·          Baik
“Mak Atik membantunya melahirkan, bayi itu dititipkan kepadanya.” (halaman 4)
Saina
·         Kasar
“Saina memiliki kelemahan, kalau marah, suka memukul dan membanting.” (halaman 214)
·         Egois
“Kalau makan, Saina juga maunya menang sendiri.” (halaman 214)
Dimas
·         Penyayang
“Yuli maklum, mengapa kehadiran Dimas selalu dinanti-nanti.Kasih sayangnya tulus dari hati.”  (halaman 43)
·         Unik dan kreatif
“Dimas pun pandai mendekati anak-anak dengan cara-caranya yang unik dan kreatif.” (halaman 44)
·         Pandai mengambil hati
“Dimas pandai sekali mengambil hati mereka.” (halaman 46)
Naurah
·         Pemurung
“Selanjutnya, selama tiga hari anak itu kerjanya melamun.” (halaman 282)
Salsa
·         Penyayang
“Aku sayang adek, aku sayang Naurah … kakak pergi sekolah dulu, ya, Naurah … muuuuaaaaahhh” Salsa mencium pipi Naurah dengan gemas.” (halaman 289)

5.      Latar
A.    Latar Waktu
·         Pagi dan pukul 9
“Pagi menjelang.Pukul 9 pagi itu langit tampak tidak bersahabat.” (halaman 2)
·         Pagi, siang dan malam
“Pagi, siang, malam hujan tak bisa diadang.” (halaman 2)
·         Sore
“Sore itu Badawi pulang dengan wajah yang ceria.” (halaman 35)
·         Siang hari
“siang itu Yuli tergopoh-gopoh memasuki rumahnya.” (halaman 130)
·         Beberapa saat kemudian
“Beberapa saat kemudian, bik Narsih mendatangi Yuli dan bercerita kalau tadi pagi menjual botol-botol dan kaleng bekas ke tukang loak.” (halaman 130)
·         Sejak awal tahun 2000
“Kemudian, ada Yuni Riyanto yang tinggal bersama Yuli sejak awal 2000
·         29 Oktober 2004
“Anak ini lahir pada 29 Oktober 2004.” (halaman 201)
·          September 2008
“Pada suatu hari, bulan September 2008 telpon dirumah Badawi bordering dan terdengar suara perempuan.” (halaman 233)
·         Juli 2005
“Suatu hari di bulan Juli 2005, Yuli membeli popok sekali pakai untuk anak-anaknya dalam jumlah yang banyak.” (halaman 236)
·         2 bulan kemudian
“2 bulan kemudian, Lasiyah memutuskan pulang.” (halaman 243)
·         Lebaran 2006
“Pada libur lebaran 2006, seperti biasa keluarga Badawi pergi ke Madiun.” (halaman 251)
·         Januari 2009
“Ketika Yuli berkesempatan ke Madiun pada Januari 2009, dia bilang ingin pulangke Bandung.” (halaman 255)
·         7 November 2007
“Pada 7 November 2007, perempuan itu menelpon mengabarkan cucunya sudah lahir melalui operasi Caesar.” (halaman 285)
·         Mei 2009
“Dan pada awal Mei 2009, tiba-tiba Naurah memanggil Badawi ayah.” (halaman 291)
·         Tiga bulan lalu
“Tubuh Aisyah kini lebih berisi di bandingkan tiga bulan yang lalu, saat dia diserahkan ibunya kepada Yuli.” (halaman 336)
·         Februari 2009
“Oleh karena itu pada Februari 2009, Aisyah kembali ke Riris.”(halaman 340)
·         4 Agustus 2008
“Lalu pada Agustus 2008, Yuli kembali di undang menjadi pembicara seminar bertema menjadi wanita bahagia.” (halaman 407)

B.     Latar Tempat
·         Babakan Tarogong
“Yuli berangkat kerumah mak Atik seorang paraji di daerah Babakan Taragong, gang Bojong Asih.” (halaman 3)
·         RS Kebon Jati dan RS Rajawali
“Pernah suatu waktu Yuli dirawat di RS Kebon Jati, sementara anaknya dirawat di RS Rajawali.” (halaman 136)
·         Jawa Timur
“Tamu berdatangan dari Jawa Timur, yang merupakan kerabat dan saudara mereka.” (halaman 145)
·         Jakarta
“Banjir besar yang melanda Jakarta pada 2002 tersebut menimbulkan banyak korban.” (halaman 152)
·         Jayagiri
“Mereka pernah tinggal di Jayagiri atas kebaikan orang lain tetapi tidak lama.” (halaman 158)
·         Cihanjuang, Cimahi
“Setelah enam bulan tinggal di sana, mereka memutuskan pindah ke Cihanjuang, Cimahi.” (halaman 159)
·         Belanda
“Selama di Belanda, Badawi tinggal di rumah Jan dan mendapatkan fasilitas bak tinggal di hotel.” (halaman 170)
·         IKIP Bandung
“Dia bisa meneruskan pendidikannya di IKIP Bandung.” (halaman 176)
·         Gedung korpri di jalan BKR
“Sesampai di tempat acara, gedung korpri di jalan BKR Yuli merasa panas dingin melihat banyak orang.” (halaman 406)

C.    Latar suasana
·         Bahagia
“Sore itu, Badawi pulang dengan wajah ceria.” (halaman 35)
·         Sedih
“Melihat istrinya masih sering bersedih karena terkenang almarhumah Bik Narsih, Badawi mengajak keluarganya pindah ke Kopo Permai.” (halaman 136)
·         Kebimbangan
“Kebimbangan terus mewarnai pikirannya, antara satu gagasan dengan gagasan lainnya.” (halaman 151)

6.      Alur
·         Sorot Balik
“Belasan tahun setelah kenangan masa kecil di  Purwodadi, Kecamatan Barat, Kabupaten Magetan itu mulai mengabur dari memori pikiran sadar, kedua anak kecil itu berjumpa lagi.” (halaman 17)
“Suatu hari pada 1978, Soebandji Hardjo Oetomo, kakak sepupu Badawi dari Madiun mengontaknya.” (halaman 17)
“sejak 1996, pasangan Badawi dan Yuli suka membantu latihan manasik haji bagi rombongan yang akan berangkat ke Tanah Suci.” (halaman 54)
“Beberapa saat kemudian, Bik Narsih mendatangi Yuli dan bercerita kalau tadi pagi menjual botol-botol dan kaleng bekas ke tukang loak.” (halaman 130)

7.      Sudut Pandang
·         Orang Ketiga
“Yuli duduk di atas sajadah berwarana merah pudar.” (halaman 1)
·         Orang Pertama
“Maaf, ya, mas, aku mengambil keputusan tanpa berembuk dulu denganmu.Habisnya aku enggak tega melihat bayi laki-laki ini di tinggal orangtuanya.” (halaman 10)

8.      Majas/Gaya bahasa
·         Hiperbola
“Mendung menggelayut disertai awan hitam yang galak.” (halaman 2)
“Musim hujan tengah mesra mencub akhir-akhir ini.” (halaman 2)
“Terik matahari nun jauh disana tampak liar menerpa.” (halaman 16)
·         Repitisi
“Siang itu Yuli tergopoh-gopoh memasuki rumahnya.” (halaman 130)

9.      Amanat
Tentang bagaimana sebuah keluarga yang mengasuh lebih dari 50 anak angkat, dengan kondisi keluarga yang bisa dibilang tidak “kaya”, dengan keyakinannya kepada Allah mereka bisa menghidupi anak-anak angkatnya. Melalui novel ini pembaca di harapkan bisa membantu orang-orang disekitar yang membutuhkan dan selalu bersyukur kepada Allah atas segala yang telah diberikan kepada kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar