Jumat, 22 Juli 2016

Penanaman Nilai-nilai Pancasila pada Anak Sekolah Dasar

Pancasila yang merupakan dasar Negara Republik Indonesia memiliki makna dan nilai-nilai luhur dalam setiap sila-silanya, karena dirumuskan dari nilai-nilai yang sudah ada sejak  zaman dulu  dalam kehidupan bangsa Indonesia. Penanaman Pancasila yang diberikan kepada anak usia dini atau sekolah dasar lebih efektif dalam membentuk karakter bangsa.
Menurut kajian Psikologi Umum, usia anak yang paling efektif dalam melakukan pendidikan dan menanamkan karakter tertentu adalah usia enam sampai sepuluh tahun atau setara dengan usia anak siswa Sekolah Dasar.  Dalam rentan usia tersebut setiap pengalaman dan kejadian-kejadian yang pernah dialaminya akan menentukan bagaimana perkembangan si anak selanjutnya atau dapat dikataan usia tersebut adalah fondasi bagi masa depan anak. Apabila fondasi yang ditanam pada si anak adalah karakter-karater yang baik maka secara otomatis karakter-karater itu akan tetap melekat dalam diri anak dalam setiap proses pendewasaanya.
Misalnya, sejak SD seorang anak telah dilatih oleh gurunya untuk datang tepat waktu setiap akan masuk kelas. Secara tidak langsung perintah  guru tersebut telah mendidik anak untuk bersikap disiplin dalam mengawali setiap kegiatan tanpa menunda-nunda waktu. Nah, kebiasaan seperti ini pasti akan selalu teringat dalam benak si anak dan selalu akan dijalankannya karena sudah menjadi kebiasaan. Lalu bagaimana cara-cara yang efektif agar seluruh nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila itu dapat ditanamkan dan diamalkan oleh siswa Sekolah Dasar, sebagai awal pembentukan karakter mereka?
  1.  Melalui pelajaran, Pendidikan Kewarganegaraan atau Pendidikan Pancasila
Melalui mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan atau Pendidikan Pancasila diharapkan peserta didik memperoleh pengetahuan tentang apa itu Pancasila, apa saja nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila dan apa saja manfaat mengamalkan nilai-nilai Pancasila,yang dalam penyampaiannya disesuaikan dengan kemampuan mereka. Sehingga mereka tidak bingung dan mempunyai gambaran untuk melaksanakannya.

Analisis Novel



Judul               : Rumah Seribu Malaikat
Penulis             :
Penerbit           : Noura Books (PT Mizan Publika)
Cetakan           : Pertama
Tahun Terbit    : Agustus 2014
Tempat Terbit : Jakarta Selatan
Tebal Buku      : 412 Halaman
Analisis Novel
1.      Sinopsis Novel
Judul : Rumah Seribu Malaikat
Novel ini merupakan kisah nyata dari kehidupan Yuli dan Badawi.Yuli dan Badawi mempunyai empat orang anak kandung.Yuli dan Badawi sepasang suami istri sederhana dengan penghasilan biasa-biasa saja, tetapi mereka mampu merawat anak angkat lebih dari 50 anak. Sebelum merawat anak angkat yang lebih dari 50 anak angkat Yuli dan Badawi sudah 5 kali di tawarkan oleh dokter dan dukun bayi untuk mengadopsi anak, namun Badawi tidak mengijinkanYuli untuk merawat anak-anak tersebut karena kondisi Yuli masih sakit-sakitan setelah melahirkan anaknya yang ke empat, kondisi yuli saat mengandung anak yang ke empat di vonis oleh dokter peluangnya untuk melahirkan fifty-fifty karena yuli mempunyai penyakit asma dan efek dari tulang ekornya yang patah, namun yuli tetap ingin mempertahankan kandungannya itu, Yuli pasrah kepada Allah untuk melahirkaan anaknya yang ke empat itu. Subhanallah, Allah memang maha pengasih dia masih menyelawatkan nyawa Yuli ketika melahirkan anaknya yang ke empat, karena Yuli sempat koma. Setelah selamat dari melahirkan anaknya yang ke empat Yuli ingin menunjukkan rasa bersyukurnnya terhadap Allah karena telah menyelamatkannya dari keadaan koma, Yuli ingin menunjukkannya dengan cara lain, dengan fenomena yang dialaminya yaitu berkali-kali di tawarkan untuk mengasuh anak angkat, Yuli semakin yakin bahwa inilah petunjuknya untuk bersyukur kepada Allah mengasuh anak terlantar dan kurang mampu .Saat itu Badawi sedang menunaikan ibadah haji, duduk bermunajat di depann ka’bah.melalui telepon, istrinya, Yuli, baru saja meminta izin agar mereka mengangkat seorang bayi terlantar sebagai anak ke lima mereka. Sebenarnya, sudah lama pasangan suami istri  Yuli-Badawi menjadi orang tua asuh bagi puluhan anak, tapi bukan dengan mengangkatnya sebagai anak. apalagi itu masih bayi, masih membutuhkan pengasuhan 24 jam.
Buku ini adalah sebagian dari kisah nyata Yuli dan Badawi bersama ke 13 anak angkatnya.tidak semuanya masih tinggal bersama mereka, ada yang baru di titipkan sebentar,lalu diambil lagi. Yuli mengisahkan asal mula ke13 anak angkatnya,serta suka dukanya mengasuh anak-anak itu. Dalam kondisi ekonomi yang tidak disebut kaya. Luar biasa keluarga ini, semangat berbagi mereka patut menjadi teladan bagi keluarga-keluarga lain.

2.      Tema
Keluarga bersahaja yang membesarkan puluhan anak angkat
“Air mata Yuli menitik di sana, menyadari dirinya begitu kecil.Kemampuannya itu bukan miliknya, semua pemberian-Nya. Kebisaannya, bakatnya, amanah yang dititipkan-Nya, semua benar-benar tiada duanya.Sempurna dan tiada cacat. Apakah pantas kalau dia masih mengeluh akan ujian yang beragam ini?
Bukankah manusia hidup memang untuk beribadah kepada-Nya, dengan menjalani segala ketetapan dan ujian yang diberikan-Nya, sebagai curahan kasih-Nya?

Pengertian, Manfaat, Jenis dan Pemilihan Media Pembelajaran

A. Pengertian Media Pembelajaran
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam pemanfaatan hasil-hasil teknologi dalam proses belajar mengajar.  Para guru dituntut agar mampu menggunakan alat-alat yang dapat disediakan oleh sekolah, dan tidak tertutup kemungkinan bahwa alat-alat tersebut sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Guru sekurang-kurangnya dapat menggunakan alat yang murah dan bersahaja tetapi merupakan keharusan dalam upaya mencapai tujuan pengajaran yang diharapkan.

Disamping mampu menggunakan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan alat-alat yang tersedia, guru juga dituntut untuk dapat mengembangkan keterampilan membuat media pengajaran yang akan digunakannya apabila media tersebut belum tersedia.

Untuk itu guru harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang media pengajaran, yang meliputi (Hamalik, 1994 : 6)

•    Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar;
•    Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan;
•    Seluk-beluk proses belajar;
•    Hubungan antara metode mengajar dan media pendidikan;
•    Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran;
•    Pemilihan dan penggunaan media pendidikan
•    Berbagai jenis alat dan teknik media pendidikan;
•    Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran;
•    Usaha inovasi dalam media pendidikan.[1]

Senin, 18 Juli 2016

Makalah Ijtihad Sebagai Sumber Hukum Islam



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LatarBelakang
Sesungguhnya ijtihad adalah suatu cara untuk mengetahui hukum sesuatu melalui dalil-dalil agama yaitu Al-Qur’an dan Al-hadits dengan jalan istimbat.Adapun mujtahid itu ialah ahli fiqih yang menghabiskan atau mengerahkan seluruh kesanggupannya untuk memperoleh persangkaan kuat terhadap sesuatu hukum agama.Oleh Karena itu kita harus berterimakasih kepada para mujtahid yang telah mengorbankan waktu,tenaga, dan pikiran untuk menggali hukum tentang masalah-masalah yang dihadapi oleh umat Islam baik yang sudah lama terjadi di zaman Rasullullah maupun yang baru terjadi.

Rabu, 15 Juni 2016

Makalah Konflik Sosial



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Konflik menjadi fenomena yang paling sering muncul karena konflik selalu menjadi bagian hidup manusia yang bersosial dan   berpolitik serta menjadi pendorong dalam dinamika dan perubahan sosial-politik (Kornblurn, 2003:  294). Konflik memiliki dampak positif dan   dampak negatif, dampak positif dari konflik sosial adalah konflik tersebut memfasilitasi tercapainya rekonsiliasi atas berbagai kepentingan. Kebanyakan konflik tidak berakhir dengan kemenangan disalah satu pihak   dan   kekalahan     dipihak    lainnya.
Konflik yang terjadi di Indonesia, ada juga yang  dapat diselesaikan dengan baik hingga berdampak baik bagi kemajuan dan perubahan masyarakat, akan tetapi  ada  beberapa  konflik justru berdampak negatif hingga mengakibatkan timbulnya kerusakan,  menciptakan ketidakstabilan, ketidakharmonisan, dan ketidakamanan bahkan sampai mengakibatkan jatuhnya korban jiwa. Dewasa ini   konflik   seringkali terjadi di berbagai elemen masyarakat. Hal demikian dikarenakan berbagai latar belakang kebudayaan dan status sosial ekonomi.